Kamis, 23 September 2010

HIKMAH HAJI

Oleh H. Taufik Hambali

Pengetian Hikmah

Hikmah adalah makna yang terkandung dalam amalan fisik atau rahasia yang tersirat dibalik amalan fisik, atau lebih jauh maknanya mengungkap hakikat dari amalan sariat.

Sariat adalah amalan dzahir, hakikat adalah intinya. Seperti garam hakikatnya adalah air laut. Jika setiap amalan menyatu antara sariat menakjubkan. Agar ibadah haji dapat meningkatkan kualitas keimanan seorang maka hikmah haji ini selamanya di cermati oleh setiap orang yang menunaikannya.

Maka, hikmah dalah makna hakiki dari praktik ilmu dan amal suatu ibadah. Rosululloh SAW menjelaskan : ”Hikmah dapat menambah (derajat) seorang terhormat dan mengangkat (derajat) seorang hambanya sehingga ia dapat menduduki kedudukannya raja (penguasa).” (DR. Abu Nu’aim dan Ibnu ‘addi.)


Allah menganugrahi hikmah kepada orang yang Dia kehendaki. Dan barang siapa di anugrahi hikmah itu, maka sungguh ia dianugrahi kebajikan tiada tara. “ (Al Baqoroh : 269)

Maksudnya, bukan berarti manusia pada posisi ftalistik, akan tetapi karena manusia dalam meraih hikmah perlu mengenbalikan darinya kepada Alloh SWT, dengan tawakal yang Hakiki melalui ilmu dan amal yang dilakukan oleh jasmani dan rohani.

Hikmah Disariatkan Ibadah Haji

Diantara kandungan ajaran Islam adalah syariat yakni aturan-aturan yang berupa perintah dan larangan, baik yang disariatkan pada Al Quran maupun As-Sunnah. Diantara sariat itu ada yang bersipat ibadah, yang dalam hal ini tidak boleh direkayasakan oleh siapapun. Sebab, ia merupakan perintah khusus dari Allah SWT dan Rosul-Nya, dengan tatacara pelaksanaan yang telah di tentukan, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.

Bila Allah SWT memberikan suatu syariat, yakni perintah dan larangan, tentu ada hikmah atau makna yang menjadi motivasi atau penyebab, mengapa hal itu di perintahkan? Atau mengapa hal itu dilarang? Tidaklah patut bagi Allah, jika Ia memerintahkan kita untuk melaksanakan sholat, haji, dan sebagainya, kalau memang tidak ada hikmah atau makna yang perlu ditangkap. Sehingga berbagai pekerjaan ibadah itu dilakukan tidak hanya sekedar melaksanakan saja. Firman Allah SWT,

Artinya : “demikian (perintah Allah) dan barang siapa mengagungkan syiar – syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati.” (Q.S Al-Hajj : 32)

Dalam kenyataannya, ibadah banyak di praktikan sebagai melaksanakan perintah, belum difahami apa kandungan makna dan pesan dari berbagai bentuk atau simbol – simbol ibadah yang dilakukan itu,. Misalnya, mengapa ketika sholat menghadap ka’bah? Mengapa kita di perintahkan untuk berhajji ke makkah? Mengapa kita berhaji kita harus tawaf, sa’i, wukuf, dan sebagainya?. Hal-hal yang semacam itu, merupakan ibadah murni (mahdhah), tentu hal iru ada pesan – pesan dan makna - makna yang terkandung di dalamnya.

Dalam berbagai amaliah haji, kadang kadang sulit bagi akal manusia untuk menemukan atau mengungkapkan berbagai makna dan hikmah yang tersirat didalamnya, bahkan sepintas melihat ada sebagian yang tidak rasional dan tidak sesuai dengan fikiran yang normal, misalnya : memotong rambut, berlari kecil ketika sya’i dan sebagainya. Mengapa terkadang sebagian pekerjaan haji ada yang di perlukan hanya berupa ibadah murni (mahdah) yakni karena semata mata perintah Allah SWT, sebagaimana di jelaskan dalam hadits :

Yang artinya “ aku datang berhaji yang benar – benar merupakan pengabdianku (ibadah) dan perhambaanku (kepada Allah)” (H.R. Al-Bazzar dan Thabrany)

Kata Ta’abudan wariqqa, artinya pengabdian (Ibadah) dan penghambaan kepada Allah yang diatas hanya di temukan dalam urusan ibadah haji yang menunjukan aspek ubudiyah yang tertinggi dan membuat ia lebih diutamakan dari pada ibdah lainnya.

Kewajiban ibadah haji mengandung banyak hikmah besar dalam kehidupan rohani seorang mukmin, serta mengandung kemaslahatan bagi seluruh umat Islam pada sisi agama dan dunianya. Diantara hikmah itu adalah :

  1. Haji meripakan manivestasi ketundukan kepada Allah SWT semata. Orang yang menunaikan haji meninggalkan segala kemewahan dan segala keindahan dengan menggunakan busana ihram, sebagai manivestasi kefakirannya dan kebutuhannya kepada Allah SWT, serta menanggalkan masalah duniawi, dan segala kesibukan yang dapat membelokannya dari keikhlasan menyembah tuhannya. Dengan haji, seorang muslim menampakkan keinginan untuk mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya. Ketika wukuf di arafah, ia tunduk dihadapan Tuhan-Nya bersyukur atas seluruh nikmat dan keutamaan yang dianugrahkan kepadanya seraya memohon ampun atas dosa dosanya, baik dosa sendiri maupun dosa keluarganya. Didalam tawaf di sekeliling ka’bah ia berlindung di samping tuhannya, memohon perlindungan dari dosa, hawa nafsu dan godaan syetan.
  2. Melaksanakan kewajiban haji merupakan ungkapan syukur atas nikmat harta dan kesehatan. Keduanya merupakan kenikmatan terbesar yang di terima manusia di dunia. Dalam haji ungkapan syukur atas kedua nikmat terbesar ini di cantumkan dan dalam haji pula manusia melakukan perjuangan jiwa raga, menafkahkan harta dalam rangka menta’ati, serta mendekatkan diri kepada tuhannya. Tentu mensyukuri nikmat adalah kewajiban yang diakui oleh akal yang sederhana sekalipun dan diwajibkan oleh syari’at agama.
  3. Haji menepa jiwa agar memiliki semangat juang tinggi. Dalam hal ini di butuhkan kesabaran, daya tahan, kedisiplinan, dan akhlak yang tinggi agar manusia saling menolong satu sama lain. Mereka menunaikan ibadah haji telah menempuh perjalanan yang sulit untuk berkumpul di makkah, kemudian bergerak bersama pada hari kedelapan bulan Dzulhijjah guna melakukan manasik haji. Mereka bergerak dan menunaikan secara bersama pula.
  4. Umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul pada pusat pegendali roh dan kalbu mereka. Satu sama lain saling menyapa dan saling mengasihi. Disana, segala perbedaan antara manusia menjadi sirna : perbedaan antara kaya dan miskin, antara jenis kelamin dan warna kulit maupun ras dan suku bangsa.
  5. Haji menyimpan kenangan di hati, maupun membangkitkan semangat ibadah yang sempurna dan ketundukan tiada henti pada perintah Allah SWT,

Hikmah Mengerjakan Ibadah Haji.

Islam adalah agama Allah yang di wahyukan kepada semua rosul-Nya sejak nabi Adam AS hingga nabi Muhammad SAW, agama yang di wahyukan kepada nabi Muhammad SAW, adalah mata rantai terakhir agama Allah yang telah di sempurnakan-Nya, sehingga nikmat Allah yang paling sempurna bagi manusia, dan meridhai-Nya menjadi anutan umat manusia sepanjang masa.

Hikmat Pakaian Ihram

Pakaian ihram laki laki terdiri dari dua lembar kain yang tidak di jahit. Warna tidak menjadi prinsip, tetapi yang menjadi prinsip adalah tidak terjahitnya itu. Hal ini dimaksudkan pemakaiannya supaya melepaskan diri dari sifat sifat buruk yang melekat pada dirinya, seperti merasa bangga, suka pamer kemewahan sombong dan takabbur.

Berihram itu adalah niat, yaitu niat memasuki ibadah haji atau umrah sebagai pemenuhan atas panggilan Allah SWT, memenuhi panggilan dengan penuh keyakinan dengan di tinggalkannya hal hal yang menimbulkan persaingan dan perbedaan martabat dalam kehidupan sehari hari.

Hikmah Tawaf

Tawaf artinya keliling. Maksudnya mengelilingi ka’bah baik berkaitan dengan umroh atau haji dan tidak berkaitan dengan keduanya.

Tawaf merupakan salah satu ibadah yang hanya di lakukan di Baitullah. Yaitu mengelilingi ka’bah sebanyak 7 putaran yang di mulai dan di akhiri di hajar aswad.

Tawaf membawa pesan maknawi berputar pada poros bumi yang paling awal dan paling dasar. Perputaran tujuh keliling bisa di artikan sama dengan jumlah hari yang beredar mengelilingi kita dalam setiap minggu. Lingkaran pelataran ka’bah merupakan arena pertemuan dan bertamu dengan Allah yang dikemukakan dengan do’a dan zikir dan selalu dikumandangkan selama mengelilingi ka’bah. Agar kita mengerti dan menghayati hakikat Allah dan manusia sebagai makhluk-Nya hubungan manusia terhadap pencipta dan ketergantungan manusia akan Tuhannya.

Tidak ada komentar: